Nama-Nama Hujan Dalam Bahasa Arab

Menurut Abdul Malik bin Muhammad bin Ismail ats-Tsa’alibi (wafat 429 Hijriah) dalam buku Fiqhul Lughah, ia mengurutkan lebih dari 30 nama-nama hujan dalam bahasa Arab dimulai dari hujan yang paling ringan. Hujan yang paling ringan adalah ath-Thal (الطل), kemudian ar-Radzadz (الرذاذ), kemudian al-Bughsy (البغش), kemudian ad-Duts (الدث). Hujan yang menghidupkan setelah tanahnya kering disebut al-Haya (الحياء), hujan di lahan yang kering disebut al-Ghaits (الغيث), hujan yang turun terus menerus kemudian hening disebut ad-Dimah (الديمة), adh-Dharb (الضرب), al-Hathal (الهطل), al-Hatlan (الهتلان), al-Mathar adh-Dha’if (المطر الضعيف), al-Qathqath (القطقط), ar-Rahmah (الرهمة), al-Ghabiyah (الغبية), al-Hasykah (الحشكة), al-Hafsyah (الحفشة), dan adz-Dzihab (الذهاب).

Hujan yang turun terus menerus disebut al-Wadaq (الودق), apabila rintik airnya besar disebut al-Wabil (الوابل), jika semakin besar disebut al-Bu’aq (البعاق), apabila mengairi segala sesuatu disebut al-Jud (الجود), apabila setahun disebut al-Jada (الجدا), apabila berlangsung berhari-hari disebut al-‘Ain (العين), apabila kiriman disebut al-Martsa’an (المرثعن), apabila rintik hujannya banyak disebut al-Ghadaq (الغدق), jika semakin banyak disebut al-‘Izz (العز), jika banyak yang jatuh disebut as-Sahifah (السحيفة), jika semakin sedikit disebut as-Sahitah (السحيتة), jika membuat tanah sampai terkelupas disebut as-Sahiyah (الساحية), jika tanahnya sampai rusak karena kekuatan hujan disebut al-Harishah (الحريصة), jika terkenah di sebuah wilayah dan tidak mengenai wilayah lainnya disebut an-Nufdhah (النفضة), apabila hujannya turun setelah hujan turun disebut ar-Rashdah (الرصدة), apabila hujannya turun setelah hujan yang biasanya turun seperti pada musim al-Wasmi disebut al-Wali (الولي), apabila turun berkali-kali disebut ar-Raj’ (الرجع), apabila turun lagi disebut al-Ya’lul (اليعلول), apabila turun secara berangsur disebut asy-Syaabib (الشآبيب)

Ibnu Duraid Muhammad bin al-Hasan al-Azdi (wafat 321 Hijriah) dalam kitab Jamharatul Lughah berkata hujan yang paling deras disebut Jar adh-Dhab’ (جار الضبع), Jar adh-Dhab’ memiliki arti sarang serigala, menurut Ibnu Sayyidih (wafat 458 Hijriah) dalam kitab al-Muhkam, disebut Jar adh-Dhab’ karena hujan yang deras dapat memicu banjir sehingga serigala keluar dari sarangnya. Hujan yang deras dalam bahasa Arab juga disebut al-‘Adar (العدر) yang berarti berani. Hujan dalam bahasa Arab juga disebut al-Qahif (القاحة), kata tersebut terdapat di kamus al-Muhith, Lisan al-‘Arab dan Taj al-‘Arus, namun penggunaannya sudah jarang.

Hujan dalam bahasa Arab juga disebut al-Mihwah (المحوة) yang berarti penghapus karena ia menghapuskan yang tandus. Ibnu Sayyidih dalam al-Muhkam berkata: musim dingin semuanya adalah musim semi bagi orang Arab, dan hujan bagi mereka adalah musim semi kapan saja hujan tersebut datang. Hujan yang sebentar disebut ad-Duhn (الدهن), hujan dalam bahasa Arab juga disebut al-Khadr (الخدر) yang berarti mengurung, dalam al-Mukham disebut al-Khadr karena hujan mengurung manusia di rumah mereka. Hujan yang pertama disebut al-‘Ahd (العهد), hal ini disebut oleh Al-Azhari, Muhammad bin Ahmad bin Al-Azhar (wafat 370 Hijriah) dalam Tahzib. Hujan yang deras juga disebut al-Hak (الهك), diambil dari kata al-Mahkuk (المهكوك) yang berarti orang yang gila dalam perkataannya atau rusak akalnya. Hujan yang tenang disebut ar-Rahwu (الرهو), dan hujan yang keras disebut al-Hufn (الهفن), kata terakhir ini jarang digunakan namun ada dalam kitab Taj al-‘Arus.

Nama-nama lain hujan dalam bahasa Arab ada al-Qa’if (القاعف), al-Qa’f (القعف), al-Baghy (البغي), menurut Ibnu Sayyidih. Al-Hamim al-Mathar (الحميم المطر) hujan yang turun setelah tanah terasa lanas. Ibnu as-Sikit, Ya’qub bin Ishaq (wafat 244 Hijriah) mengatakan bahwa hujan yang deras disebut al-Hathaf (الهطف).

Ibnu as-Sikit dalam Ishlahul Manthiq berkata orang-orang menyebut tahun yang jarang turun hujan disebut ‘Am Armal (عام أرمل) atau ‘Am Jahid (عام جاحد). Menurut Ibnu Faris, Ahmad bin Faris (wafat 395 Hijriah), menambahkan bahwa dua makna hujan dalam Arab yaitu hujan sebagai ghaits (الغيث) yang memberikan kebaikan dan keberkahan dan hujan sebagai al-‘Aduw (العدو) atau musuh. Ibnu Faris juga mengatakan al-Mathar (المطر) memiliki makna air yang jatuh dari langit, juga makna bergerak dan berjalan. Satu rintik hujan disebut asy-Syu’fah (الشعفة). Diterjemah dari tulisan yang ditulis oleh ‘Ahd Fadhil al-Arabiya.

Tinggalkan komentar