Category Archives: Uncategorized

Puisi-Puisi Dalam Al-‘Ardah As-Su’udiyyah

Al-‘Ardah As-Su’udiyyah atau Al-‘Ardah An-Najdiyyah adalah tarian tradisional dari Arab Saudi. Tarian ini dilakukan dengan dua barisan laki-laki yang saling berhadapan, biasanya tarian ini menggunakan pedang atau tongkat, dan diiringi drum dan puisi.

Pada awalnya, ardah hanya dilakulan oleh laki-laki di Semenanjung Arab sebelum pergi berperang, tetapi sekarang ardah dilakukan pada perayaan, pernikahan, acara nasional dan kebudayaan.

Salah satu puisi yang dikumandangkan pada Al-‘Ardah As-Su’udiyah adalah puisi yang dibuat oleh Muhammad bin Abdullah Al-‘Auni yang menceritakan Pertempuran Al-Bukairiyah. Pada tahun 1904, terjadi Pertempuran Al-Bukairiyah antara Emirat Najd yang dipimpin Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Al Saud, yang dibantu masyarakat selatan Riyadh dan masyarakat Qassim melawan Emirat Alu Rasyid yang dipimpin Abdul Aziz bin Mut’ib Alu Rasyid yang dibantu oleh Turki Usmani. Raja Abdul Aziz Al Saud berhasil menang pada pertempuran tersebut yang merupakan bagian dari Unifikasi Kerajaan Arab Saudi atau Tauhid Al-Mamlakah.

مني عليكم يا هل العوجا سلام
Sampaikan salam kami kepada penduduk Ouja (Dir’iyyah) yaitu orang-orang yang mendukung Raja Abdul Aziz

واختص أبو تركي عماعين الحريب
Khususnya Abu Turki (laqab dari Raja Abdul Aziz), tutuplah mata orang-orang yang memusuhimu

يا شيخ باح الصبر من طول المقام
Wahai Syaikh, telah habis kesabaran kami, telah lama kami menunggu

يا حامي الوندات يا ريف الغريب
Wahai penjaga perempuan dan wahai tanah lapang orang-orang yang tak dikenal

اضرب على الكايد ولا تسمع كلام
Hantamlah orang yang menentang, dan jangan mendengar perkataannya

العز بالقلطات والراي الضليب
Kemenangan itu dapat didapatkan tekad dan gagasan yang kuat

لو طعت الشور يالحر القطام
Seandainya kamu hanya bisa mengatakan sabar-sabar, kita tidak akan menang

ما كان حشت الدار واشقيت الحريب
Jika kamu ingin menguasai ini menjadi rumahmu, masih ada sisa beberapa langkah lagi

Syair lainnya yang dikumandangman pada Al-‘Ardhah As-Su’udiyah ini ditulis oleh Abdurrahman bin Sa’ad bin Shafyan. Syair ini dibacakan pada Pertempuran Wadi’ah tahun 1389 Hijriah. Syair ini terdapat pada Diwan (kumpulan puisi) Abdurrahman bin Shafyan dengan judul Nahmadullah, diwan tersebut terdiri dari 56 qasidah dan 199 halaman, terdiri dari al-harbiyyat (puisi tentang peperangan), al-madih (puisi tentang puji-pujian), al-ghazal, dan ar-ratsa (puisi tentang kesedihan).

نحمد الله جت على ماتمنى
Kami bersyukur atas apa yang telah kami inginkan

من وليّ العرش جزل الوهايب
Siapa yang memegang kekuasaan dan kemuliaannya yang melimpah

خبر اللي طامع في وطنا
Berikanlah kabar kepadaku siapa yang tamak di negeri kita

دونها نثني إليا جت طلايب
Tanpa dia kami cenderung kepadaku dan telah datang pertengkaran

واجد اللي قبلكم قد تمنى
Aku telah mendapatkan sebelum kalian apa yang telah kami inginkan

حربنا لي راح عايف وتايب
Kami telah bertempur pergi mencium air karena kehausan

ياهبيل الراي وين انت وإنّا
Wahai orang yang bodon di mana kalian dan bahwa kami

تحسب إن الحرب نهب القرايب
Kamu menghitung bahwa pertempuran itu menjarah kerabat

كان ما نجهل على اللي جهلنا
Kami tidak mengetahui atas apa yang tidak ketahui

ما سكنا الدار يوم الجلايب
Kami tidak menempati kediaman pada hari unta membawa barang dagangan

ديرة الإسلام حامينه إنّا
Negeri Islam penjaganya adalah kami

قاصرين دونها كل شارب
Orang-orang yang telah mencukur kumisnya

Syair lainnya yang biasa didendangkann pada Al-‘Ardhah As-Su’udiyah ini digubah oleh Fahd bin Duhaim Al-Muthairi. Pada suatu hari Raja Abdul Aziz Al Saud menyelenggarakan sebuah haflah, kemudian penyair-penyair yang hadir membacakan puisi-puisinya namun tidak ada yang bagus. Raja Abdul Aziz Al Saud mencari Fahd bin Duhaim, kemudian Fahd bin Duhaim datang dan membacakan sebuah puisi secara tiba-tiba.

نجد شامت لأبو تركي وأخذها شيخنا
Najd berbahagia untuk Abu Turki (laqab Raja Abdul Aziz Al Saud), Syekh kami telah menguasainya

واخمرت عشاقها عقب لطم خشومها
Menyembunyikan kerinduannya setelah memukul hidungnya

لي بكت نجد العذيه تهل دموعنا
Bagiku sedih Najd yang hawanya segar, mengalir darah-darah kami

بالهنادي قاصرين شوارب قومها
dengan seratus unta dan orang-orangnya mencukur kumis

سلام يا شيخ على الحكام صيته رفيع
Salam wahai Syekh kepada penguasa-penguasah yang reputasinya tinggi

لين اصطفق في نجد تسكن عقب زلزالها
Luwes menghempas di Najd kamu menempati setelah gempanya

نمشي براي الله ثم براي أبو الجميع
Kami berjalan dengan keyakinan kepada Allah, kemudian pandangan dari ayah dari semua

عبدالعزيز اللي حكم نجد وحمى جالها
Abdul Aziz yang memerintah Najd dan melindungi rakyatnya

Nama-Nama Hujan Dalam Bahasa Arab

Menurut Abdul Malik bin Muhammad bin Ismail ats-Tsa’alibi (wafat 429 Hijriah) dalam buku Fiqhul Lughah, ia mengurutkan lebih dari 30 nama-nama hujan dalam bahasa Arab dimulai dari hujan yang paling ringan. Hujan yang paling ringan adalah ath-Thal (الطل), kemudian ar-Radzadz (الرذاذ), kemudian al-Bughsy (البغش), kemudian ad-Duts (الدث). Hujan yang menghidupkan setelah tanahnya kering disebut al-Haya (الحياء), hujan di lahan yang kering disebut al-Ghaits (الغيث), hujan yang turun terus menerus kemudian hening disebut ad-Dimah (الديمة), adh-Dharb (الضرب), al-Hathal (الهطل), al-Hatlan (الهتلان), al-Mathar adh-Dha’if (المطر الضعيف), al-Qathqath (القطقط), ar-Rahmah (الرهمة), al-Ghabiyah (الغبية), al-Hasykah (الحشكة), al-Hafsyah (الحفشة), dan adz-Dzihab (الذهاب).

Hujan yang turun terus menerus disebut al-Wadaq (الودق), apabila rintik airnya besar disebut al-Wabil (الوابل), jika semakin besar disebut al-Bu’aq (البعاق), apabila mengairi segala sesuatu disebut al-Jud (الجود), apabila setahun disebut al-Jada (الجدا), apabila berlangsung berhari-hari disebut al-‘Ain (العين), apabila kiriman disebut al-Martsa’an (المرثعن), apabila rintik hujannya banyak disebut al-Ghadaq (الغدق), jika semakin banyak disebut al-‘Izz (العز), jika banyak yang jatuh disebut as-Sahifah (السحيفة), jika semakin sedikit disebut as-Sahitah (السحيتة), jika membuat tanah sampai terkelupas disebut as-Sahiyah (الساحية), jika tanahnya sampai rusak karena kekuatan hujan disebut al-Harishah (الحريصة), jika terkenah di sebuah wilayah dan tidak mengenai wilayah lainnya disebut an-Nufdhah (النفضة), apabila hujannya turun setelah hujan turun disebut ar-Rashdah (الرصدة), apabila hujannya turun setelah hujan yang biasanya turun seperti pada musim al-Wasmi disebut al-Wali (الولي), apabila turun berkali-kali disebut ar-Raj’ (الرجع), apabila turun lagi disebut al-Ya’lul (اليعلول), apabila turun secara berangsur disebut asy-Syaabib (الشآبيب)

Ibnu Duraid Muhammad bin al-Hasan al-Azdi (wafat 321 Hijriah) dalam kitab Jamharatul Lughah berkata hujan yang paling deras disebut Jar adh-Dhab’ (جار الضبع), Jar adh-Dhab’ memiliki arti sarang serigala, menurut Ibnu Sayyidih (wafat 458 Hijriah) dalam kitab al-Muhkam, disebut Jar adh-Dhab’ karena hujan yang deras dapat memicu banjir sehingga serigala keluar dari sarangnya. Hujan yang deras dalam bahasa Arab juga disebut al-‘Adar (العدر) yang berarti berani. Hujan dalam bahasa Arab juga disebut al-Qahif (القاحة), kata tersebut terdapat di kamus al-Muhith, Lisan al-‘Arab dan Taj al-‘Arus, namun penggunaannya sudah jarang.

Hujan dalam bahasa Arab juga disebut al-Mihwah (المحوة) yang berarti penghapus karena ia menghapuskan yang tandus. Ibnu Sayyidih dalam al-Muhkam berkata: musim dingin semuanya adalah musim semi bagi orang Arab, dan hujan bagi mereka adalah musim semi kapan saja hujan tersebut datang. Hujan yang sebentar disebut ad-Duhn (الدهن), hujan dalam bahasa Arab juga disebut al-Khadr (الخدر) yang berarti mengurung, dalam al-Mukham disebut al-Khadr karena hujan mengurung manusia di rumah mereka. Hujan yang pertama disebut al-‘Ahd (العهد), hal ini disebut oleh Al-Azhari, Muhammad bin Ahmad bin Al-Azhar (wafat 370 Hijriah) dalam Tahzib. Hujan yang deras juga disebut al-Hak (الهك), diambil dari kata al-Mahkuk (المهكوك) yang berarti orang yang gila dalam perkataannya atau rusak akalnya. Hujan yang tenang disebut ar-Rahwu (الرهو), dan hujan yang keras disebut al-Hufn (الهفن), kata terakhir ini jarang digunakan namun ada dalam kitab Taj al-‘Arus.

Nama-nama lain hujan dalam bahasa Arab ada al-Qa’if (القاعف), al-Qa’f (القعف), al-Baghy (البغي), menurut Ibnu Sayyidih. Al-Hamim al-Mathar (الحميم المطر) hujan yang turun setelah tanah terasa lanas. Ibnu as-Sikit, Ya’qub bin Ishaq (wafat 244 Hijriah) mengatakan bahwa hujan yang deras disebut al-Hathaf (الهطف).

Ibnu as-Sikit dalam Ishlahul Manthiq berkata orang-orang menyebut tahun yang jarang turun hujan disebut ‘Am Armal (عام أرمل) atau ‘Am Jahid (عام جاحد). Menurut Ibnu Faris, Ahmad bin Faris (wafat 395 Hijriah), menambahkan bahwa dua makna hujan dalam Arab yaitu hujan sebagai ghaits (الغيث) yang memberikan kebaikan dan keberkahan dan hujan sebagai al-‘Aduw (العدو) atau musuh. Ibnu Faris juga mengatakan al-Mathar (المطر) memiliki makna air yang jatuh dari langit, juga makna bergerak dan berjalan. Satu rintik hujan disebut asy-Syu’fah (الشعفة). Diterjemah dari tulisan yang ditulis oleh ‘Ahd Fadhil al-Arabiya.

Museum Menara Jam, Makkah

Museum Menara Jam (Clock Tower Museum) merupakan museum yang terletak di dalam Jam Makkah, mulai dibuka pada bulan Ramadan 1440 H, para pengunjung dapat mengunjungi museum yang terdiri dari 4 lantai, setelah turun dari lantai 4 ke lantai 3, kemudian ke lantai 2 dan lantai 1, pengunjung dapat menuju ke teras yang berada pada bawah Jam Makkah untuk melihat pemandangan Masjidil Haram serta kota suci Makkah al-Mukarramah. Sebelum masuk ke Museum ini, pengunjung diberikan headset serta alat yang dapat menjelaskan satu per satu bagian dari Museum, dan ada penjelasan dalam bahasa Indonesia.

Museum Menara Jam dioperasikan oleh Yayasan Non Profit Muhammad bin Salman bin Abdul Aziz “Misk al-Khairiyyah” di titik tertinggi di Makkah al-Mukarramah, dan teras dari menara jam, didesain agar para pengunjung dapat berkeliling, mulai dari pameran mengenai alam semesta, galaksi-galaksi hingga sejarah pembangunan Jam Makkah. Museum ini juga menampilkan peran Arab Saudi dalam bidang ilmu Astronomi.

Para pengunjung dapat mengetahui sejarah pengukuran waktu dengan menggunakan dua jam alam yaitu matahari dan bulan, hingga standar waktu paling detil yaitu nano, serta melihat sejarah pembangunan jam terbesar di dunia, setiap bagian dari jam, setta bagaimana setiap bagian tersebut disatukan, untuk menjadi sebuah karya dan marka tanah yang indah, serta penggunaan teknologi yang paling modern untuk membangun jam makkah ini.

Lantai 1 menceritakan “Jam Makkah” yang dirancang oleh sejumlah perusahaan terbaik di dunia dalam bidang jam, serta menjadikan “Waktu Makkah” sebagai bagian dari penentuan waktu internasional, juga tempat untuk memantau hilal pada bulan-bulan hijriyah, khususnya Ramadan dan Dzulhijjah, serta sejarah pembangunan Jam Makkah, keistimewaannya serta teknologi yang digunakan untuk menetapkan waktu dengan tepat.

Adapun Lantai 2 merupakan pameran tentang penetapan waktu, menjelaskan perhatian manusia selama ribuan tahun untuk mengetahui zaman, tercatat dalam sejarah upaya-upaya manusia dalam mengukur waktu, diciptakanlah berbagai alat dan cara untuk tujuan ini, diantara alat-alat tersebut adalah jam air, jam bandul dan jam tangan. Juga menampilkan alat-alat pengukuran waktu terhadap pergerakan matahari, bumi dan bulan, dimana penentuan ini memiliki dampak terhadap sistem kalender, arah kiblat serta waktu salat.

Sedangkan lantai 3, museum menampilkan penjelasan mengenai Matahari, Bumi dan Bulan, dari ketiganya dapar digunakan untuk berbagai kebutuhan hidup manusia, seperti penentuan waktu, juga terdapat foto serta video gerhana matahari, gerhana bulan, pergerakan matahari yang diambil dari satelit, serta penjelasan mengenai semburan matahari, badai magnit, lapisan atmoster, orbit bulan, pemantauan hilal dengan teknologi tinggi di berbagai tempat di bumi.

Lantai 4 dikhususkan untuk menjelaskan alam semesta secara umum, dimana pengunjung dapat mendapatkan pengetahuan tentang alam semesta yang luas, termasuk bintang yang digunakan sebagai penunjuk arah, gugusan galaksi yang terdapat di dalamnya galaksi bima sakti, tempat tinggal kita. Lantai ini menjelaskan bintang-bintang, galaksi-galaksi, planet-planet, serta berbagai bentuk, macam, pergerakan dan tabrakan antar galaksi, dan yang terjadi akibatnya. Lantai ini juga menjelaskan peran Pusat Studi Raja Abdullah untuk Observasi Hilal dan Ilmu Astronomi dalam penemuan-penemuan ilmiah bekerjasama dengan berbagai lembaga dunia.

Adapun teras merupakan titik tertinggi di kota Makkah al-Mukarramah yang ada di Jam Makkah ini, dimana para pengunjung dapat melihat panorama Masjidil Haram serta daerah-daerah di sekitarnya, yang akan menjadi pengalaman unik dan luar biasa bagi pengunjung.


Bendungan Jabal Aulia

DSC_0986.JPG

Bendungan Jabal Aulia

Bendungan yang terdapat di Sungai Nil Putih, terletak 44 km selatan kota Khartoum, ibu kota Sudan. Dibangun oleh Gibson and Pauling (Foreign) Ltd (kerjasama antara Perusahaan Inggris Pauling & Co. dengan Insinyur Sir John Watson Gibson) pada November 1933 dan selesai pada April 1937, kemudian dikelola oleh Mesir. Meskipun Sudan merdeka pada tahun 1956, bendungan Jabal Aulia tetap dikelola oleh Mesir hingga tahun 1977. Bendungan yang memproduksi listrik sebesar 30 megawatt ini, juga sebagai sumber air untuk lahan pertanian yang terletak di sisi Sungai Nil Putih, seperti wilayah Abu Qutah, Al-Hashabah, Umm Jar dan Elduem.

Ketika selesai dibangun, bendungan ini merupakan bendungan terbesar di dunia, serta satu-satunya bendungan yang dibangun untuk maslahat negara lain, (dibangun di Sudan untuk maslahat Mesir). Pembangunan bendungan yang memiliki panjang 5 km ini menghabiskan biaya 2,5 juta Pound Mesirm Pada tahun 1971, ketika selesainya pembangunan Bendungan Aswan, hilanglah fungsi Bendungan Jabal Aulia. Pemerintah Mesir membayar 750.000 poundsterling untuk ganti rugi kepada penduduk Sudan yang wilayah pemukiman dan pertaniannya tenggelam terkena imbas air Bendungan Aswan. Bendungan Jabal Aulia dapat menampung 3,5 Milyar meter kubik, sedangkan Bendungan Aswan dapat menampung 157 Milyar meter kubik, atau 40 kali lipatnya.

Masjid ‘Amr bin al-‘Ash

DSC_0181.JPG

Masjid ‘Amr bin al-Ash dibangun pada tahun 21 H/641 M di kota Fustat, kota yang didirikan oleh kaum muslimin ketika masuk ke negeri Mesir. Masjid ini disebut juga Masjid al-Fath, Masjid al-‘Atiq atau Taj al-Jawami’. Masjid ‘Amr bin al-‘Ash terletak di timur sungai Nil.

Pada awalnya Masjid memiliki luas 50 dzira’ x 3p dzira’ dengan 6 pintu, hingga pada tahun 53 H/672 diperluas oleh Masalamah bin Makhlad al-Anshari, Wali Mesir pada masa Mu’awiyah bin Abi Sufyan, serta ditambah 4 menara. Setelah itu terus diperluas dan direnovasi oleh para penguasa Mesir hingga mencapai 24.000 dzira’, atau 120 x 110 m.

Pada tahun 564 H, ketika Pasukan Salib menguasai sejumlah wilayah, Menteri Syawar bin Mujir as-Sa’di memerintahkan untuk membakar kota Fustat, termasuk Masjid ‘Amr bin al-‘Ash, agar tidak dapat direbut oleh musuh. Ketika Shalahuddin al-Ayyubi memasukkan Mesir ke wilayah negerinya (Daulah Ayyubiyah), ia memerintahkan agar Masjid ‘Amr bin al-Ash dibangun kembali pada tahun 568 H, maka dibangunlah kembali masjid ini serta mihrab yang besar dimana tertulis namanya pada mihrab tersebut.

Diantara para Ulama yang pernah menyampaikan khutbah atau ceramah di Masjid ini, antara lain Imam Syafii, Al-Laits bin Sa’ad, Abu Thahir as-Silafi, al-‘Izz bin Abdissalam dan Ibnu Hisyam.

Tiga Piramida Terbesar di Mesir

IMG_20190322_172027_738.jpg

Piramida Agung Giza atau Khufu
Dibangun pada tahun 2580-2560 SM pada masa Dinasti Keempat Kerajaan Lama Mesir. Pada awalnya, Piramida Khufu memiliki tinggi 146,7 m, dikarenakan erosi saat ini Piramida Khufu hanya memiliki tinggi 138,8 m. Piramida Khufu merupakan bangunan tertinggi di dunia selama lebih dari 3.800 tahun, yaitu pada tahun 2560 SM-1311 M, hingga selesainya pembangunan Lincoln Cathedral di Inggris.

Pada tahun 1979, Piramida Khufu, yang merupakan bagian dari Memphis and its Necropolis – the Pyramid Fields from Giza to Dahshur tercatat sebagai Situs Warisan Dunia UNESCO. Piramida Agung Giza merupakan Tujuh Keajabian Dunia Kuno yang tertua dan satu-satunya yang masih ada. Dibangun dengan bahan batu gamping dan granit, dengan total sekitar 2,3 juta blok batu, yang dibawa dari Aswan, sekitar 800 km dari Giza. Batu-batu ini dibawa menggunakan perahu melalui sungai nil.
Pembangunan Piramida Agung Giza ini menghabiskan waktu 20 tahun, atau rata-rata 800 ton batu setiap harinya. Di Piramida Khufu terdapat makam Fir’aun Khufu yang merupakan Penguasa Mesir pada tahun 2589–2566 SM.

Piramida Khafre
Dibangun pada tahun 2570 SM pada Dinasti Keempat Kerajaan Lama Mesir. Piramida Khafre pada awalnya memiliki tinggi 136,4 m, dikarenakan erosi saat ini hanya memiliki tinggi 134,5 m. Piramida Khafre merupakan Piramida terbesar kedua di Giza, setelah Piramida Khufu. Di Piramida Khafre ini terdapat makam Fir’aun Khafre yang menjadi Penguasa Mesir pada tahun 2258-2532 SM

Piramida Menkaure
Dibangun tahun 2510 M pada masa Dinasti Keempat Kerajaan Lama Mesir. Piramida Menkaure memiliki tinggi 65,5 M, dibangun dengan bahan batu gamping, granit merah dan gamping putih. Piramida Menkaure merupakan piramida terkecil diantara 3 Piramida Besar yang ada di Giza. Di Piramida Menkaure terdapat makam Fir’aun Menkaure yang menjadi Penguasa Mesir selama 18-20 tahun sejak tahun 2530 SM.

Dari Tugas Akhir Mahasiswa menjadi Landmark kota Khartoum

IMG_20190323_105845_153.jpgQamaruddaulah Abdul Qadir ath-Thahir, seorang mahasiswa tingkat akhir jurusan Arsitektur Universitas Khartoum, pada pertengahan tahun 70-an memiliki tugas akhir yaitu merancang sebuah masjid. Dimana Presiden Sudan, Ja’far Muhammad Numairy, tertarik untuk mewujudkan pembangunan masjid tersebut.
Masjid berbentuk seperti kura-kura raksasa atau permata besar, dengan diameter 30 m dan terletak di tempat yang sangat strategis, yaitu di Multaqa an-Nilain, tempat bertemunya dua sungai Nil. Multaqa an-Nilain, atau Maqran an-Nilain (tanduk dua Nil), adalah tempat pertemuan sungai Nil Biru yang berhulu di danau Tana, Ethiopa dan sungai Nil Putih berhulu di danau Victoria, yang merupakan perbatasan Kenya, Uganda dan Tanzania. Dari kedua Nil tersebut, menyatu menjadi sungai Nil yang berhilir di Mesir dan Laut Mediterania.

Masjid An-Nilain, yang merupakan pintu masuk kota Omdurman, memiliki menara setinggi 50 m, berkapasitas lebih dari 1000 jamaah, serta tanpa memiliki tiang penyangga di tengah masjid. Pada peresmian masjid ini, hadir petinju dunia, Muhammad Ali. Atas hubungan baik Presiden Ja’far Muhammad Numairy dengan Raja Maroko, Muhammad V, Raja Maroko mengikirimkan para pengukir ornamen terbaik dari Maroko untuk membuat ukiran-ukiran ornamen di Masjid ini. “Masjid ini terdiri dari sejumlah bagian besar dan kecil, terdapat di tengahnya bangunan masjid, menandakan bahwa letak permata mahal ini merupakan letak masjid, dan bukan kura-kura, ini memiliki arti yang penting. Setiap bagian masjid terbagi di beberapa tempat menuju ke bangunan utama, jalur ini menghubungkan antara masjid dengan menara, komplek yang menghadap ke ka’bah al-musyarrafah, Makkah al-Mukarramah ini, memiliki arti mengarah ke kiblat yang dapat mempersatukan semua” ujar Dr. Hasyim Khalifah Mahjub

Pada awalnya Masjid ini dibawah kepengurusan Istana Kepresidenan Sudan, namun pengurusannya sejak tahun 1990 dilimpahkan ke University of Holy Quran and Islamic Science. Foto Delegasi Pondok Pesantren Darunnajah dengan Rektor University of Holy Quran and Islamic Science, Prof. Ahmed Saieed Salman Jadullah

Masjid Ibnu Thulun

IMG-20190313-WA0275Masjid Ibnu Thulun, atau Masjid Ahmad bin Thulun, atau Masjid ath-Thuluni, adalah salah satu masjid bersejarah yang terkenal di Kairo. Masjid ini dibangun oleh Ahmad bin Thulun, Pendiri Dinasti Thuluniyah, pada tahun 263 H/877 M di kota Al-Qatai, yang menjadikannya masjid ketiga yang dibangun di Ibu kota Mesir pada waktu itu setelah Masjid ‘Amr bin al-‘Ash di kota Fustat, dan Masjid al-‘Askar di kota al-‘Askar. Masjid Ibnu Thulun ini merupakan masjid tertua di Mesir yang masih mempertahankan wujud asli jika dibandingkan dengan Masjid ‘Amr bin al-‘Ash yang telah mengalami renovasi-renovasi di sejumlah bagiannya.

Masjid ini terletak di bukit batu yang bernama bukit yaskur, masjid yang terlihat seperti bergantung ini merupakan salah satu masjid terluas di Mesir, jika dihitung dengan halaman luarnya memiliki luas 6,5 faddan (2,6 hektar). Dibangun dengan bentuk persegi bergaya Abbasiyah, mirip dengan Masjid Samarra di Irak, kampung Ahmad bin Thulun. Saat ini masjid terletak di Distrik Sayyidah Zainab, Manthiqah al-Janubiyah, Cairo. Di barat tembok Masjid Ibnu Thulub terdapat Masjid an-Nashiri dan di timur tembok masjid tedapat Museum Gayer-Anderson. Masjid Ibnu Thulun yang merupakan salah satu warisan budaya di Mesir ini diabadikan pada mata uang kertas Mesir senilai 5 Pound, dalam beberapa cetakan.

Souk Okaz, Hidup Setelah 13 Abad Mati

Souk Okaz merupakan salah satu dari tiga pasar besar di Jazirah Arab sebelum datangnya Islam, dua lainnya adalah Souk Majinnah dan Souk Dzil Majaz. Masyarakat pra-Islam dari berbagai wilayah di Jazirah Arab berkumpul di Souk Okaz pada 20 hari pertama di bulan Dzulqa’dah, dan berkumpul di Souk Majinnah pada 10 hari terakhir di bulan Dzulqa’dah dan di Souk Dzil Majaz pada 8 hari pertama bulan Dzulhijjah.

Di Souk Okaz yang telah berdiri sejak 501 Masehi, dijual berbagai komoditas antara lain kurma, minyak samin, madu, khamr, pakaian dan unta. Souk Okaz juga sebagai tempat pertemuan para penyair dan orator ulung, dimana para penyair membacakan syair-syair mereka di depan dewan juri yang terdiri dari penyair senior. Diantara karya yang terbaiknya, yang disebut al-Mu’allaqat, dijadikan hiasan digantungkan di ka’bah (pada masa Jahiliyah). Para penguasa dan pemimpin Souk Okaz (hakim, amir dan qadhi) dari masa ke masa antara lain Rabi’ah bin Maghasyin, Zurarah bin ‘Adas, Aktsam bin Shaifi at-Tamimi, Shaifi bin Rabah at-Tamimi dan al-Aqra’ bin Habis bin ‘Iqal at-Tamimi.

.

Souk Okaz sebagai pasar yang memiliki pengaruh di bidang politik, sosial dan sastra, para pengunjung yang datang bukan hanya dari jazirah Arab, ada juga yang berasal dari Persia. Souk Okaz yang saat ini terletak sekitar 45 km dari kota Taif, merupakan ajang para penyair menggubah syairnya, para pengunjung membuat kesepakatan, saling tukar tawanan perang, membuat perjanjian perdamaian, menyelesaikan permusuhan, mengumumkan koalisi, mengadakan balapan kuda dan mubarazah (fight one by one/satu lawan satu)

.

Souk Okaz berhenti beroperasi pada zaman Bani Umayyah, 129 Hijriyah setelah kelompok Khawarij, al-Haruriyah, memberontak dan menjarah pasar ini, dan juga dengan adanya pasar tetap di Makkah. Pusat Peradaban berpindah dari Hijaz ke Damaskus kemudian ke Bagdad

.

Pada tahun 2007, Pelayan Dua Tanah Suci Raja Abdullah bin Abdul Aziz Al Saud, menyelenggarakan Festival Souk Okaz, yang didalamnya terdapat berbagai Penghargaan untuk pra Sastrawan dan Penyair, Perlombaan, Kegiatan Budaya di tingkat negara-negara Arab yang kemudian terus menerus diselenggarakan setiap tahunnya, dan pada tahun 2018 ini Festival Souk Okaz telah masuk tahun ke-12.

.

Penghargaan terdiri dari:

Penghargaan Internasional Okaz bidang Syair

Penghargaan Internasional Okaz bidang Kerajinan

Penghargaan Internasional Okaz bidang Khat

Penghargaan Internasional Okaz bidang Narasi

Penghargaan Internasional Okaz bidang Inovasi

Penghargaan Internasional Okaz bidang Fotografi

.

Perlombaan

Perlombaan Penyair Pemuda Okaz

Perlombaan Permainan Tradisional Okaz

Perlombaan Permainan Tradisional Anak-anak Okaz

Perlombaan Drama Okaz

Perlombaan Seni Okaz

Perlombaan Bisnis Okaz

Perlombaan Pidato Okaz

.

Kegiatan Budaya:

Kuliah Umum

Seminar

Umsiyah (Malam Syair)

Ia tinggal di Istana, namun tidak lupa membangun Masjid

Masjid Hammad bin Salim al-Baluwi, atau lebih sering disebut dengan Masjid al-Balawi, adalah sebuah Masjid yang terletak di Distrik Faisaliah, Madinah, tidak jauh dari pintu gerbang selatan Universitas Islam Madinah.
Hammad bin Salim al-Baluwi adalah seorang pengusaha besar, putra-putra beliau memegang peranan penting di Arab Saudi. Salah satunya Khalid, Executive Vice President of Commerce Maskapai Saudia Airlines, putra lainnya Ahmad, yang merupakan Konsultan Manajemen di Kementerian Keuangan Arab Saudi setingkat dengan Deputi Menteri.
Meskipun Hammad tinggal di Istana, ia tidak lupa untuk membangun Masjid. Hammad wafat pada bulan Maret kemarin. Semoga Allah senantiasa melimpahkan rahmat dan ampunan kepada beliau, orang tua beliau dan keluarga beliau.