Monthly Archives: September, 2023

Puisi-Puisi Dalam Al-‘Ardah As-Su’udiyyah

Al-‘Ardah As-Su’udiyyah atau Al-‘Ardah An-Najdiyyah adalah tarian tradisional dari Arab Saudi. Tarian ini dilakukan dengan dua barisan laki-laki yang saling berhadapan, biasanya tarian ini menggunakan pedang atau tongkat, dan diiringi drum dan puisi.

Pada awalnya, ardah hanya dilakulan oleh laki-laki di Semenanjung Arab sebelum pergi berperang, tetapi sekarang ardah dilakukan pada perayaan, pernikahan, acara nasional dan kebudayaan.

Salah satu puisi yang dikumandangkan pada Al-‘Ardah As-Su’udiyah adalah puisi yang dibuat oleh Muhammad bin Abdullah Al-‘Auni yang menceritakan Pertempuran Al-Bukairiyah. Pada tahun 1904, terjadi Pertempuran Al-Bukairiyah antara Emirat Najd yang dipimpin Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Al Saud, yang dibantu masyarakat selatan Riyadh dan masyarakat Qassim melawan Emirat Alu Rasyid yang dipimpin Abdul Aziz bin Mut’ib Alu Rasyid yang dibantu oleh Turki Usmani. Raja Abdul Aziz Al Saud berhasil menang pada pertempuran tersebut yang merupakan bagian dari Unifikasi Kerajaan Arab Saudi atau Tauhid Al-Mamlakah.

مني عليكم يا هل العوجا سلام
Sampaikan salam kami kepada penduduk Ouja (Dir’iyyah) yaitu orang-orang yang mendukung Raja Abdul Aziz

واختص أبو تركي عماعين الحريب
Khususnya Abu Turki (laqab dari Raja Abdul Aziz), tutuplah mata orang-orang yang memusuhimu

يا شيخ باح الصبر من طول المقام
Wahai Syaikh, telah habis kesabaran kami, telah lama kami menunggu

يا حامي الوندات يا ريف الغريب
Wahai penjaga perempuan dan wahai tanah lapang orang-orang yang tak dikenal

اضرب على الكايد ولا تسمع كلام
Hantamlah orang yang menentang, dan jangan mendengar perkataannya

العز بالقلطات والراي الضليب
Kemenangan itu dapat didapatkan tekad dan gagasan yang kuat

لو طعت الشور يالحر القطام
Seandainya kamu hanya bisa mengatakan sabar-sabar, kita tidak akan menang

ما كان حشت الدار واشقيت الحريب
Jika kamu ingin menguasai ini menjadi rumahmu, masih ada sisa beberapa langkah lagi

Syair lainnya yang dikumandangman pada Al-‘Ardhah As-Su’udiyah ini ditulis oleh Abdurrahman bin Sa’ad bin Shafyan. Syair ini dibacakan pada Pertempuran Wadi’ah tahun 1389 Hijriah. Syair ini terdapat pada Diwan (kumpulan puisi) Abdurrahman bin Shafyan dengan judul Nahmadullah, diwan tersebut terdiri dari 56 qasidah dan 199 halaman, terdiri dari al-harbiyyat (puisi tentang peperangan), al-madih (puisi tentang puji-pujian), al-ghazal, dan ar-ratsa (puisi tentang kesedihan).

نحمد الله جت على ماتمنى
Kami bersyukur atas apa yang telah kami inginkan

من وليّ العرش جزل الوهايب
Siapa yang memegang kekuasaan dan kemuliaannya yang melimpah

خبر اللي طامع في وطنا
Berikanlah kabar kepadaku siapa yang tamak di negeri kita

دونها نثني إليا جت طلايب
Tanpa dia kami cenderung kepadaku dan telah datang pertengkaran

واجد اللي قبلكم قد تمنى
Aku telah mendapatkan sebelum kalian apa yang telah kami inginkan

حربنا لي راح عايف وتايب
Kami telah bertempur pergi mencium air karena kehausan

ياهبيل الراي وين انت وإنّا
Wahai orang yang bodon di mana kalian dan bahwa kami

تحسب إن الحرب نهب القرايب
Kamu menghitung bahwa pertempuran itu menjarah kerabat

كان ما نجهل على اللي جهلنا
Kami tidak mengetahui atas apa yang tidak ketahui

ما سكنا الدار يوم الجلايب
Kami tidak menempati kediaman pada hari unta membawa barang dagangan

ديرة الإسلام حامينه إنّا
Negeri Islam penjaganya adalah kami

قاصرين دونها كل شارب
Orang-orang yang telah mencukur kumisnya

Syair lainnya yang biasa didendangkann pada Al-‘Ardhah As-Su’udiyah ini digubah oleh Fahd bin Duhaim Al-Muthairi. Pada suatu hari Raja Abdul Aziz Al Saud menyelenggarakan sebuah haflah, kemudian penyair-penyair yang hadir membacakan puisi-puisinya namun tidak ada yang bagus. Raja Abdul Aziz Al Saud mencari Fahd bin Duhaim, kemudian Fahd bin Duhaim datang dan membacakan sebuah puisi secara tiba-tiba.

نجد شامت لأبو تركي وأخذها شيخنا
Najd berbahagia untuk Abu Turki (laqab Raja Abdul Aziz Al Saud), Syekh kami telah menguasainya

واخمرت عشاقها عقب لطم خشومها
Menyembunyikan kerinduannya setelah memukul hidungnya

لي بكت نجد العذيه تهل دموعنا
Bagiku sedih Najd yang hawanya segar, mengalir darah-darah kami

بالهنادي قاصرين شوارب قومها
dengan seratus unta dan orang-orangnya mencukur kumis

سلام يا شيخ على الحكام صيته رفيع
Salam wahai Syekh kepada penguasa-penguasah yang reputasinya tinggi

لين اصطفق في نجد تسكن عقب زلزالها
Luwes menghempas di Najd kamu menempati setelah gempanya

نمشي براي الله ثم براي أبو الجميع
Kami berjalan dengan keyakinan kepada Allah, kemudian pandangan dari ayah dari semua

عبدالعزيز اللي حكم نجد وحمى جالها
Abdul Aziz yang memerintah Najd dan melindungi rakyatnya