Category Archives: UNESCO

Tahun 2020, Tahun Al-Sadu

‏قال الله تعالى: (وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّن بُيُوتِكُمْ سَكَنًا وَجَعَلَ لَكُم مِّن جُلُودِ الْأَنْعَامِ بُيُوتًا تَسْتَخِفُّونَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ ۙ وَمِنْ أَصْوَافِهَا وَأَوْبَارِهَا وَأَشْعَارِهَا أَثَاثًا وَمَتَاعًا إِلَىٰ حِينٍ)

Allah SWT berfirman: Dan Allah menjadikan rumah-rumah bagimu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagimu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit hewan ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya pada waktu kamu bepergian dan pada waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan kesenangan sampai waktu (tertentu). (QS. An-Nahl: 80)

Tradisi Menenun Al-Sadu bagi Perempuan Suku Arab Bedouin di Jazirah Arab sudah ada sejak ribuan tahun. Masyarakat Arab yang tinggal secara nomaden di kemah hidup berdampingan bersama hewan ternak seperti domba, unta dan kambing. Bulu dari hewan-hewan tersebut diambil dan menjadi bahan untuk dijadikan benang kemudian menjadi berbagai produk. Tentu saja proses ini memakan waktu yang lama, Al-Sadu yang memiliki Panjang 14 meter memakan waktu 1 tahun.

Dalam Al-Sadu ini terdapat 8 fase. Pertama al-Jaz, pengumpulan bahan mentah berupa bulu kambing, domba dan unta, dan ini dilakukan oleh laki-laki. Bulu kambing dikumpulkan pada musim semi dan bulu unta dikumpulkan pada musim panas. Kedua al-Faraz, klasifikasi bahan mentah, sesuai kualitas, ukuran dan warna. Ketiga At-Tanzhif, pembersihan dari kotoran dengan cara dicuci. Keempat an-Nafsy, penyisiran dengan sisir kayu bergigi besi. Kelima al-‘Amat, pembuatan bahan menjadi lurus Panjang atau lingkaran. Keenam al-Ghazal, pemintalan menjadi benang. Ketujuh ash-Shibaghah atau at-Talwin, pewarnaan dan dahulu menggunakan tumbuhan yang ada di gurun. Kedelapan Al-Sadu itu sendiri, proses ini merupakan proses utama berupa penenunan, dan dilakukan pada musim panas karena cuaca yang stabil

Produk utama Al-Sadu adalah Bait asy-Sya’r, sebuah kemah yang dapat dipindah-pindah dan menjadi tempat tinggal mereka. Produk lainnya al-Mafrusyat yaitu karpet, al-Qathi’ yaitu pemisah yang digunakan untuk membagi kemah, ar-Ruwaq yaitu ventilasi udara pada kemah, al-‘Udul yaitu tempat menyimpan makanan, al-Mazawid yaitu tempat menyimpan pakaian, as-Sanayif yaitu hiasan untuk punggung kuda dan unta, az-Zawali yaitu karpet tebal, al-‘Iqal yaitu tali untuk kaki unta, as-Sahah yaitu karpet untuk tempat berkumpul, at-Tikayat yaitu bantal untuk sandaran tangan dan al-Malabis yaitu pakaian, Muntajat al-Hifzh yaitu tempat penyimpanan dan al-Bisht yaitu jubah untuk laki-laki.

Pada tahun 2020, Riyadh menjadi tuan rumah KTT G20. Karena masih dalam situasi pandemi covid19, KTT ini diselenggarakan secara virtual. Logo pada KTT ini diambil dari gambar Al-Sadu yang didesain oleh Muhammad Al-Hawwas. Warna-warna yang ada diambil dari warna-warna bendera negata-negara G20. Pada 16 Desember 2020, Al-Sadu terpilih menjadi Warisan Budaya Dunia Tak Benda asal Arab Saudi dan Kuwait oleh UNESCO. Sebagaimana Puisi asal Indonesia dan Malaysia. Lengkaplah tahun 2020 kemarin menjadi tahun Al-Sadu, yang mana ia bukan hanya sebuah tradisi melainkan upaya bertahan hidup dari ekosistem alam sekitar. Semoga Al-Sadu terus terjaga seiring berkembangnya zaman.

Wahah Al-Ahsa masuk ke dalam Situs Warisan Dunia UNESCO

Wahah Al-Ahsa

Selamat atas masuknya Wahah Al-Ahsa ke dalam daftar Warisan Dunia UNESCO, pada pertemuan ke-42 Komite Warisan Dunia UNESCO di Al-Manamah, Bahrain, 24 Juni-1 Juli 2018, yang dipimpin oleh Sheikha Hayya bint Rashid Al-Khalifa. Pada pertemuan ini, Situs arkeologi Thimlich Ohinga di Kenya, dan kota kuno Qalhat di Oman juga masuk ke dalam daftar Warisan Dunia UNESCO. Wahah Al-Ahsa yang terletak di Provinsi Timur menjadi Situs Warisan Dunia UNESCO ke-5 di Arab Saudi setelah Madain Saleh (2008), Distrik Turaif di Dir’iyah (2010), Jeddah at-Tarikihiyah (2014) dan Lukisan Purba di Provinsi Ha’il (2015).

Beberapa fakta menarik tentang Wahah Al-Ahsa:

  1. Wahah Al-Ahsa merupakan oasis terbesar di dunia
  2. Telah ditempati sejak 5.000 tahun Sebelum Masehi
  3. Tumbuh di wilayahnya 1,5 juta pohon kurma
  4. Dikenal dengan mata air-mata airnya yang mengeluarkan air yang segar

Di Wahah Al-Ahsa juga terdapat banyak situs bersejarah, antara lain:

  1. Masjid Juwatsa
  2. Bentang Ibrahim, yang dibangun oleh Turki Utsmani
  3. Benteng Sohud
  4. Benteng Muhairis
  5. Benteng Abu Jalal
  6. Pelabuhan al-‘Uqair
  7. Jabal al-Gara/al-Qarah
  8. Pasar al-Qaisariyah
  9. al-Madrasah al-Amiriyah atau Madrasah al-Hofuf al-Ula
OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Batu besar yang di bawahnya terdapat tiga batu kecil sebagai penyangga, di desa Al-Tuwaitheer, al-Ahsa (jepretan penulis)

img_4007

Pasar al-Qaisariyah (jepretan penulis)

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Penulis bersama kawan-kawan di depan tempat wisata Ardh al-Hadharat / Land of Civilization yang terletak di Jabal Gara, al-Ahsa

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Penulis bersama kawan-kawan mengunjungi Benteng Ibrahim, kota al-Hofuf, al-Ahsa

OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Penulis bersama kawan-kawan di depan al-Madrasah al-Amiriyah, kota al-Hofuf, al-Ahsa

House of Allegiance, al-Ahsa

Di tengah-tengah padatnya distrik al-Kut, kota al-Hofuf, terdapat sebuah rumah bersejarah dimana Raja Abdul Aziz Al Saud pernah bermalam disini selama 3 hari, ketika penyatuan al-Ahsa masuk ke dalam wilayah Kerajaan Arab Saudi. Di rumah milik Syaikh Abdul Lathif al-Mulla ini, penduduk al-Ahsa membaiat Raja Abdul Aziz sebagai raja mereka mulai hari Ahad, 25 Jumadal Ula 1331 H/2 Mei 1913 M.

(Mendengarkan penjelasan Ustadz Yusuf bin Yusuf dari Saudi Commission for Tourism and National Heritage Cabang al-Ahsa tentang sejarah bergabungnya al-Ahsa di Rumah Bai’at yang disebut juga Rumah al-Mulla).

Al-Hofuf, Al-Ahsa, 30 Rabi’uts Tsani 1439 H/17 Januari 2018 M

Benteng Ibrahim, al-Ahsa

Benteng Ibrahim merupakan sebuah benteng yang saat ini terletak di utara Distrik Al-Kut, kota al-Hofuf, al-Ahsa, Provinsi Timur, Arab Saudi, markas utama milik Turki Utsmani di al-Ahsa yang berada dibawah Provinsi Basrah, yang juga Pusat Pemerintahan. Raja Abdul Aziz Al Saud berhasil menguasai benteng ini pada malam 5 Jumadal Ula 1331 H/13 April 1913 M saat menyatukan wilayah al-Ahsa masuk ke dalam Kerajaan Arab Saudi. Kuat dan besarnya benteng Ibrahim ini menjadi bukti bahwa al-Hofuf merupakan wilayah yang penting dan kuat, karena temptnya yang strategis berada di jalur perdagangan penting dunia.

Jika anda datang dari arah Dammam maka anda akan melihat benteng yang besar ini di sebelah kanan, benteng dan masjid di dalamnya yang dibangun pada 978 H/1571 M, kemudian 100 tahun setelahnya digabungkanlah benteng, penjara dan pemandian Turki di dalam Istana ini.

Pasar al-Qaisariyah, al-Ahsa

Pasar al-Qaisariyah merupakan pasar bersejarah yang terletak di Distrik ar-Rif’ah, al-Ahsa, Provinsi Timur, Arab Saudi. Pasar tradisional bergaya Turki Utsmani ini dibangun pada tahun 1248 H/1822 M, terdiri dari 422 kios, 177 kios dimiliki oleh pemerintah dan 251 kios dimiliki oleh masyarakat setempat. Pada tahun 2001, terjadi kebakaran yang tidak diketahui penyebabnya, ada yang beranggapan akibat arus pendek listrik. Setelah itu pasar ditutup, 12 tahun kemudian tepatnya pada akhir tahun 2013, pasar ini kembali dibuka. Pasar al-Qaisariyah merupakan salah satu landmark kota al-Hofuf, para wisatawan dari berbagai negara-negara teluk, negara-negara Arab dan negara-negara lainnya mengunjungi pasar ini ketika mereka berwisata ke al-Ahsa.

Pada tahun 2015, pemerintah Arab Saudi mendaftarkan Lansekap Warisan Budaya Oasis al-Ahsa sebagai nominasi Situs Warisan Dunia UNESCO, dimana bangunan bersejarah yang ada di Oasis al-Ahsa ini terdiri dari Masjid Jawatsa, Istana Ibrahim, Istana Sahoud, Istana Mehairis, Istana Abu Jalal, Pelabuhan al-‘Uqair, Gunung Qara dan Pasar al-Qaisariyah.