Puisi-Puisi Dalam Al-‘Ardah As-Su’udiyyah

Al-‘Ardah As-Su’udiyyah atau Al-‘Ardah An-Najdiyyah adalah tarian tradisional dari Arab Saudi. Tarian ini dilakukan dengan dua barisan laki-laki yang saling berhadapan, biasanya tarian ini menggunakan pedang atau tongkat, dan diiringi drum dan puisi.

Pada awalnya, ardah hanya dilakulan oleh laki-laki di Semenanjung Arab sebelum pergi berperang, tetapi sekarang ardah dilakukan pada perayaan, pernikahan, acara nasional dan kebudayaan.

Salah satu puisi yang dikumandangkan pada Al-‘Ardah As-Su’udiyah adalah puisi yang dibuat oleh Muhammad bin Abdullah Al-‘Auni yang menceritakan Pertempuran Al-Bukairiyah. Pada tahun 1904, terjadi Pertempuran Al-Bukairiyah antara Emirat Najd yang dipimpin Raja Abdul Aziz bin Abdurrahman Al Saud, yang dibantu masyarakat selatan Riyadh dan masyarakat Qassim melawan Emirat Alu Rasyid yang dipimpin Abdul Aziz bin Mut’ib Alu Rasyid yang dibantu oleh Turki Usmani. Raja Abdul Aziz Al Saud berhasil menang pada pertempuran tersebut yang merupakan bagian dari Unifikasi Kerajaan Arab Saudi atau Tauhid Al-Mamlakah.

مني عليكم يا هل العوجا سلام
Sampaikan salam kami kepada penduduk Ouja (Dir’iyyah) yaitu orang-orang yang mendukung Raja Abdul Aziz

واختص أبو تركي عماعين الحريب
Khususnya Abu Turki (laqab dari Raja Abdul Aziz), tutuplah mata orang-orang yang memusuhimu

يا شيخ باح الصبر من طول المقام
Wahai Syaikh, telah habis kesabaran kami, telah lama kami menunggu

يا حامي الوندات يا ريف الغريب
Wahai penjaga perempuan dan wahai tanah lapang orang-orang yang tak dikenal

اضرب على الكايد ولا تسمع كلام
Hantamlah orang yang menentang, dan jangan mendengar perkataannya

العز بالقلطات والراي الضليب
Kemenangan itu dapat didapatkan tekad dan gagasan yang kuat

لو طعت الشور يالحر القطام
Seandainya kamu hanya bisa mengatakan sabar-sabar, kita tidak akan menang

ما كان حشت الدار واشقيت الحريب
Jika kamu ingin menguasai ini menjadi rumahmu, masih ada sisa beberapa langkah lagi

Syair lainnya yang dikumandangman pada Al-‘Ardhah As-Su’udiyah ini ditulis oleh Abdurrahman bin Sa’ad bin Shafyan. Syair ini dibacakan pada Pertempuran Wadi’ah tahun 1389 Hijriah. Syair ini terdapat pada Diwan (kumpulan puisi) Abdurrahman bin Shafyan dengan judul Nahmadullah, diwan tersebut terdiri dari 56 qasidah dan 199 halaman, terdiri dari al-harbiyyat (puisi tentang peperangan), al-madih (puisi tentang puji-pujian), al-ghazal, dan ar-ratsa (puisi tentang kesedihan).

نحمد الله جت على ماتمنى
Kami bersyukur atas apa yang telah kami inginkan

من وليّ العرش جزل الوهايب
Siapa yang memegang kekuasaan dan kemuliaannya yang melimpah

خبر اللي طامع في وطنا
Berikanlah kabar kepadaku siapa yang tamak di negeri kita

دونها نثني إليا جت طلايب
Tanpa dia kami cenderung kepadaku dan telah datang pertengkaran

واجد اللي قبلكم قد تمنى
Aku telah mendapatkan sebelum kalian apa yang telah kami inginkan

حربنا لي راح عايف وتايب
Kami telah bertempur pergi mencium air karena kehausan

ياهبيل الراي وين انت وإنّا
Wahai orang yang bodon di mana kalian dan bahwa kami

تحسب إن الحرب نهب القرايب
Kamu menghitung bahwa pertempuran itu menjarah kerabat

كان ما نجهل على اللي جهلنا
Kami tidak mengetahui atas apa yang tidak ketahui

ما سكنا الدار يوم الجلايب
Kami tidak menempati kediaman pada hari unta membawa barang dagangan

ديرة الإسلام حامينه إنّا
Negeri Islam penjaganya adalah kami

قاصرين دونها كل شارب
Orang-orang yang telah mencukur kumisnya

Syair lainnya yang biasa didendangkann pada Al-‘Ardhah As-Su’udiyah ini digubah oleh Fahd bin Duhaim Al-Muthairi. Pada suatu hari Raja Abdul Aziz Al Saud menyelenggarakan sebuah haflah, kemudian penyair-penyair yang hadir membacakan puisi-puisinya namun tidak ada yang bagus. Raja Abdul Aziz Al Saud mencari Fahd bin Duhaim, kemudian Fahd bin Duhaim datang dan membacakan sebuah puisi secara tiba-tiba.

نجد شامت لأبو تركي وأخذها شيخنا
Najd berbahagia untuk Abu Turki (laqab Raja Abdul Aziz Al Saud), Syekh kami telah menguasainya

واخمرت عشاقها عقب لطم خشومها
Menyembunyikan kerinduannya setelah memukul hidungnya

لي بكت نجد العذيه تهل دموعنا
Bagiku sedih Najd yang hawanya segar, mengalir darah-darah kami

بالهنادي قاصرين شوارب قومها
dengan seratus unta dan orang-orangnya mencukur kumis

سلام يا شيخ على الحكام صيته رفيع
Salam wahai Syekh kepada penguasa-penguasah yang reputasinya tinggi

لين اصطفق في نجد تسكن عقب زلزالها
Luwes menghempas di Najd kamu menempati setelah gempanya

نمشي براي الله ثم براي أبو الجميع
Kami berjalan dengan keyakinan kepada Allah, kemudian pandangan dari ayah dari semua

عبدالعزيز اللي حكم نجد وحمى جالها
Abdul Aziz yang memerintah Najd dan melindungi rakyatnya

Nama-Nama Hujan Dalam Bahasa Arab

Menurut Abdul Malik bin Muhammad bin Ismail ats-Tsa’alibi (wafat 429 Hijriah) dalam buku Fiqhul Lughah, ia mengurutkan lebih dari 30 nama-nama hujan dalam bahasa Arab dimulai dari hujan yang paling ringan. Hujan yang paling ringan adalah ath-Thal (الطل), kemudian ar-Radzadz (الرذاذ), kemudian al-Bughsy (البغش), kemudian ad-Duts (الدث). Hujan yang menghidupkan setelah tanahnya kering disebut al-Haya (الحياء), hujan di lahan yang kering disebut al-Ghaits (الغيث), hujan yang turun terus menerus kemudian hening disebut ad-Dimah (الديمة), adh-Dharb (الضرب), al-Hathal (الهطل), al-Hatlan (الهتلان), al-Mathar adh-Dha’if (المطر الضعيف), al-Qathqath (القطقط), ar-Rahmah (الرهمة), al-Ghabiyah (الغبية), al-Hasykah (الحشكة), al-Hafsyah (الحفشة), dan adz-Dzihab (الذهاب).

Hujan yang turun terus menerus disebut al-Wadaq (الودق), apabila rintik airnya besar disebut al-Wabil (الوابل), jika semakin besar disebut al-Bu’aq (البعاق), apabila mengairi segala sesuatu disebut al-Jud (الجود), apabila setahun disebut al-Jada (الجدا), apabila berlangsung berhari-hari disebut al-‘Ain (العين), apabila kiriman disebut al-Martsa’an (المرثعن), apabila rintik hujannya banyak disebut al-Ghadaq (الغدق), jika semakin banyak disebut al-‘Izz (العز), jika banyak yang jatuh disebut as-Sahifah (السحيفة), jika semakin sedikit disebut as-Sahitah (السحيتة), jika membuat tanah sampai terkelupas disebut as-Sahiyah (الساحية), jika tanahnya sampai rusak karena kekuatan hujan disebut al-Harishah (الحريصة), jika terkenah di sebuah wilayah dan tidak mengenai wilayah lainnya disebut an-Nufdhah (النفضة), apabila hujannya turun setelah hujan turun disebut ar-Rashdah (الرصدة), apabila hujannya turun setelah hujan yang biasanya turun seperti pada musim al-Wasmi disebut al-Wali (الولي), apabila turun berkali-kali disebut ar-Raj’ (الرجع), apabila turun lagi disebut al-Ya’lul (اليعلول), apabila turun secara berangsur disebut asy-Syaabib (الشآبيب)

Ibnu Duraid Muhammad bin al-Hasan al-Azdi (wafat 321 Hijriah) dalam kitab Jamharatul Lughah berkata hujan yang paling deras disebut Jar adh-Dhab’ (جار الضبع), Jar adh-Dhab’ memiliki arti sarang serigala, menurut Ibnu Sayyidih (wafat 458 Hijriah) dalam kitab al-Muhkam, disebut Jar adh-Dhab’ karena hujan yang deras dapat memicu banjir sehingga serigala keluar dari sarangnya. Hujan yang deras dalam bahasa Arab juga disebut al-‘Adar (العدر) yang berarti berani. Hujan dalam bahasa Arab juga disebut al-Qahif (القاحة), kata tersebut terdapat di kamus al-Muhith, Lisan al-‘Arab dan Taj al-‘Arus, namun penggunaannya sudah jarang.

Hujan dalam bahasa Arab juga disebut al-Mihwah (المحوة) yang berarti penghapus karena ia menghapuskan yang tandus. Ibnu Sayyidih dalam al-Muhkam berkata: musim dingin semuanya adalah musim semi bagi orang Arab, dan hujan bagi mereka adalah musim semi kapan saja hujan tersebut datang. Hujan yang sebentar disebut ad-Duhn (الدهن), hujan dalam bahasa Arab juga disebut al-Khadr (الخدر) yang berarti mengurung, dalam al-Mukham disebut al-Khadr karena hujan mengurung manusia di rumah mereka. Hujan yang pertama disebut al-‘Ahd (العهد), hal ini disebut oleh Al-Azhari, Muhammad bin Ahmad bin Al-Azhar (wafat 370 Hijriah) dalam Tahzib. Hujan yang deras juga disebut al-Hak (الهك), diambil dari kata al-Mahkuk (المهكوك) yang berarti orang yang gila dalam perkataannya atau rusak akalnya. Hujan yang tenang disebut ar-Rahwu (الرهو), dan hujan yang keras disebut al-Hufn (الهفن), kata terakhir ini jarang digunakan namun ada dalam kitab Taj al-‘Arus.

Nama-nama lain hujan dalam bahasa Arab ada al-Qa’if (القاعف), al-Qa’f (القعف), al-Baghy (البغي), menurut Ibnu Sayyidih. Al-Hamim al-Mathar (الحميم المطر) hujan yang turun setelah tanah terasa lanas. Ibnu as-Sikit, Ya’qub bin Ishaq (wafat 244 Hijriah) mengatakan bahwa hujan yang deras disebut al-Hathaf (الهطف).

Ibnu as-Sikit dalam Ishlahul Manthiq berkata orang-orang menyebut tahun yang jarang turun hujan disebut ‘Am Armal (عام أرمل) atau ‘Am Jahid (عام جاحد). Menurut Ibnu Faris, Ahmad bin Faris (wafat 395 Hijriah), menambahkan bahwa dua makna hujan dalam Arab yaitu hujan sebagai ghaits (الغيث) yang memberikan kebaikan dan keberkahan dan hujan sebagai al-‘Aduw (العدو) atau musuh. Ibnu Faris juga mengatakan al-Mathar (المطر) memiliki makna air yang jatuh dari langit, juga makna bergerak dan berjalan. Satu rintik hujan disebut asy-Syu’fah (الشعفة). Diterjemah dari tulisan yang ditulis oleh ‘Ahd Fadhil al-Arabiya.

Terjemah Novel Riyadh November 90 Karya Saad Al-Dosari (Bagian Pertama)

Catatan Kaki “A”

1 November 1990

“Menteri Luar Negeri Britania Douglas Hurd, kemarin kembali mengecam untuk menggunakan pasukan, jika Irak tidak menarik pasukannya dari Kuwait. Dalam pernyataannya Hurd berkata di depan para wartawan, kemarin sore di London, bahwa dunia tidak dapat menunggu, hingga pasukan Irak ditarik dari Kuwait. Begitu pula kesabaran dunia Internasional mulai habis. Hurd juga berkata: Kami berkata kepada Saddam Hussein bahwa pilihan serangan militer itu ada, dan kami tidak takut untuk menggunakan pilihan tersebut”.

Aku melempar koran hari Kamis ke samping, dan aku melihat ke rak-rak yang ada di kantorku, aku mencari novel Pemberontakan Orang Gantung karya penulis Meksiko Berick Traven Torsvan. Aku ingat bahwa aku meminjamnya dari Mahyub, suasana hatiku semakin keruh. Aku memutuskan untuk tidak membaca sisa halaman, dan aku tidak mendengar radio sepanjang hari.

Sejak invasi, aku lihat bawa Kamis merupakan hari yang paling keras. Postur yang tinggi, ujung bajunya membelit ke lengan sebelah kiri. Dan di lengan kanannya, terdapat elang terluka yang mengeluarkan bau bangkai.

Aku telah berusaha, meskipun frustasi, aku menaruh segala sesuatu memiliki pesona yang berbeda dengan lainnya. Aku membangunkan kedua anakku Hajir dan Hazi’ dari tidurnya, aku menyiapkan untuk keduanya susu dan telur goreng.

Aku membukakkan untuk keduanya buku gambar, aku melihatnya, setelah keduanya sarapan, sibuk dengan kertas putih, berusaha untuk mewarnai dengan warna yang bersinar dan penuh dengan kejutan, menembus dan berteriak senang.

Kecilkan suara kalian berdua, nanti mama akan bangun atas kegaduhan kalian, dan ia akan marah kepada kalian berdua karena kalian mengganggu tidurnya.

Keduanya berbaring di depan layar televisi yang menampilkan kartun. Aku membentangkan Arikah yang jauh dari keduanya, kemudian meneguk segelas teh yang sudah dingin. Kisah kartun berulang-ulang belasan kali, akan tetapi keduanya memperhatikan seakan-akan baru menyaksikannya pertama kali.

“Bruto” berusaha menjelek-jelekkan “Popeye Si Pelaut”, agar menang untuk mendapatkan kekasih bersama “Olive”. Seperti biasa, dengan kekuatan bayam, Popeye menang. Dan seperti biasa, tali terputus dan keduanya saling berciuman.

Aku mendengar Hajir berkata kepada Hazi’ yang lebih muda 3 tahun darinya:

Popeye telah mencium Olive.

Hazi’ yang berusia 7 tahun menengok dan berteriak:

Papa, mengapa Kuwait tidak makan bayam dan membunuh Saddam Hussain?

Fatimah keluar dari kamar tidurnya karena mendengar suara diskusi tadi, dan mengantuk terlihat dari matanya dan suaranya.

Selamat Pagi.

Selamat Pagi.

Apakah keduanya sudah sarapan?

Sudah.

Kemudian ia masuk kamar mandi, dan aku masuk ke kamar tidur. Aku mengganti pakaianku, dan aku mengecek apakah di dalam dompetku cukup untuk membeli sayuran mingguan yang tercatat pada setengah kertas dan tertulis dengan pensil yang tak bagus tulisannya.

Aku menemui Fatimah dan aku telah keluar dari kamar tidur, kemudian aku berkata kepadanya seperti biasa?

Aku ingin pergi ke Pasar.

Kemudian ia memperhatikan mataku.

Sepetinya kamu lelah. Kapan kamu bangun?

Jam enam.

Kepalanya menggeleng dan merasa jemu.

Jangan. Mengapa kamu tidak istirahat di hari liburmu? Kamu belum tidur dengan pulas pada hari-hari terakhir ini.

Aku keluar, dan kedua anakku masih berbaring di depan kartun.

Aku berhenti di depan lampu merah yang dekat dari pasar.

Perasaan biasa menimpaku ketika aku berhenti dengan mobilku di depan lampu merah, aku merasa bahwa seseorang yang berada di mobil di sebelah kananku, memperhatikanku. Maka aku melihatnya, dan sang supir tersenyum kepadaku. Aku belum mengenalnya, akan tetapi perempuan yang berada di sebelahnya menunjukku.

Ia adalah dokter anak berkewarganegaraan Arab Saudi di salah satu rumah sakit, ia menceritakan kepadaku tentang suaminya yang memperhatikan, tulisan-tulisan sastrawan-sastrawan muda.

Lebih dari 3 tahun, aku telah berhenti menulis di koran-koran domestik, dan mencukupkan diriku untuk menyimpan apa-apa yang aku tulis di dalam kolong-kolong mejaku. Tamparan yang diarahkan kepadku dari Pimpinan Redaksi Majalah lebih kuat dari segala potensiku. Aku adalah orang yang bertanggung jawab untuk menyiapkan halaman-halaman mengenai anak. Aku berusaha untuk menampilkan hal yang berbeda dari koran-koran domestik yang dipimpin oleh para karyawan yang memenuhi halaman-halaman dengan gambar-gambar anak berwarna dan cerita-cerita tradisional, yang tidak memberikan kepada anak-anak melainkan khayalan yang buruk.

Aku memberikan tugas kepada anak-anak dalam mempersipkan halaman-halaman untuk koran. Mereka memilih judul, cerita dan gambar. Menarik pembicaraan-pembicaraan. Menanyakan pertanyaan-pertanyaan mereka yang berani, mengambil laporan untuk koran dari kamera-kamera mereka. Menulis pada awal-awal halaman terserah mereka. Sedangkan aku, hanya menjalankan permasalahan teknis saja. Aku hanya mengecek halaman-halaman hasil sesuai atau tidak.

Pimpinan Redaksi memberhatikanku dengan sebuah keputusan yang tiba-tiba, setelah aku membuat eksperimen ini, selama 3 setengah tahun, sebagai provokator. Para Pimpinan Redaksi dari koran-koran dan majalah-majalah lainnya meminta kepada para editor mereka untuk membuat halaman-halaman yang mirip seperti majalahku, akan tetapi mereka belum mengetahui rahasia halaman-halaman yang aku buat.

Padahal disitu tidak ada rahasia.

Aku kabur ke anak-anak setelah keadaan yang buruk selama beberapa tahun aku hidup bersama orang-orang dewasan, yang mana aku telah tulis untuk mereka selama tahun-tahun tersebut, dengan kemenangan-kemenangan dari perak. Aku mengukir darah-darah mereka di atas sapu tangan dengan udara yang beracun, tidak ada yang teracun kecuali aku. Isi perutku pecah, tidak ada yang memberikan bantuan selain tali antipati mereka. Aku mengikatkan antipati tersebut pada perutuku, dan aku berdiri untuk berpesta dengan mereka sekali lagi. Tali tersebut membelengguku. Aku merusaknya dan aku membuatkan mereka jembatan hingga mereka bisa berjalan. Sisi lain dari jalan menantangku. Mengejapkan dari jauh, dan menunjukku bahwa aku akan jatuh ke jurang.

Aku kembali ke rasa malu sambil mencari orang-orang lain yang menerima sapu tanganku. Di kegelapan terdapat kalajengking, ular dan serigala, aku menerangi kedua kakiku dan melatihnya dan aku berjalan, aku mencari petunjuk dengan lentera yang menggantung antara mahkota-mahkota hatiku yang suram.

Terdapat meteor dari laki-laki dan perempuan yang menyembunyikan antara cabang-cabang pohon, setiap dari mereka menyembunyikan kulitnya agar tidak tampak pembuluh darah mereka. Aku telah melewati ini tanpa merayakan bersama mereka. Aku melewati rasa malu, maka terlihat padang pasir yang menggambarkan mentari di atas pasir-pasirnya seperti peta dari kaca-kaca, dan anak-anak mengikuti rusa pada awalnya, dan terbang di atas kepala-kepala mereka burung-burung yang berwarna-warni.

Kedua kakiku membidik di belakang rusa yang bersaing dengan angin. Aku memperhatikan kerang-kerang dan tiram-tiram terjatuh dari bagian-bagian tubuhku, maka di waktu pagi ini lebih ringan. Maka aku berlari hingga tubuhku tidak ada apa-apa. Aku berusaha untuk terbang, kemudian aku sarapan. Aku telah meringankan dengan kedua lenganku kemudian aku memotong di dalam padang pasir anak-anak. Kedua kakiku belum menyentuh bumi hingga sekarang Pimpinan Redaksi memintaku untuk lepas dari segala tanggung jawabku dan aku pergi dari majalah.

Aku membuka kaca di sebelah kanan, aku menyapa si suami yang mengeluarkan kepalanya dari kaca agar suaraku terdengar.

  • Kami mendengar tentang buku-bukumu, akan tetapi kami tidak menemukannya di toko-toko buku.
  • Ia hanya dua buku, aku mencetaknya di Kairo dan Beirut, oleh karena itu kamu tidak akan menemuinya disini.
  • Apakah aku bisa mendapatkannya satu eksemplar dari kedua buku tersebut?

Lampu hijau menyala, kemudian aku menggelengkan kepalaku, kemudian aku menunjuk ke istrinya dengan telunjukku.

Bendera Setengah Tiang

29 September 2020 merupakan hari berkabung bagi negara-negara teluk, Arab dan Islam, dimana Syekh Sabah Al-Ahmad Al-Sabah, Emir Kuwait wafat. Kuwait berkabung selama 40 hari, serta libur kantor pemerintah selama 3 hari. Sejumlah negara sahabat seperti Qatar mengumumkan berkabung selama 3 hari, Mesir berkabung selama 3, Lebanon berkabung selama 3 hari, Mauritania berkabung selama 3 hari, Yordania berkabung selama 40 hari.

Foto ini diambil dari Kantor Pusat Dewan Kerjasama untuk Negara Arab di Teluk di Riyadh. 5 Bendera berkibar setengah tiang sebagai tanda duka cita atas wafatnya Emir Kuwait. Kelima bendera itu adalah Uni Emirat Arab, Bahrain, Oman, Qatar, dan Kuwait. Sedang dua bendera masih berkibar sampai di puncak tiang. Keduanya adalah bendera Arab Saudi dan bendera Dewan Kerjasama untuk Negara Arab di Teluk atau GCC (Gulf Cooperation Council) singkatan dari The Cooperation Council for the Arab States of the Gulf

Mengapa? Karena di bendera Arab Saudi terdapat lafaz dua kalimat Tauhid “لا إله إلا الله محمد رسول الله” yang berarti “Tiada Tuhan selain Allah, Nabi Muhammad adalah utusan Allah”. Sedang di bendera GCC terdapat lafaz Basmalah “بسم الله الرحمن الرحيم” yang berarti “Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang ” Lafzul Jalalah (الله سبحانه وتعالى) merupakan sebuah kata yang sakral bagi Islam dan kaum muslimin, sehingga bendera yang ada di dalamnya lafaz ini harus berada di puncak tiang sebagai bentuk penghormatan.

Semua negara Teluk dan satu Organisasi Regional ini sedang berduka, namun mengekspresikannya dengan dua cara, ada yang mengibarkan setengah tiang ada yang tetap sampai ke puncak tiang. Selain Bendera Arab Saudi dan bendera GCC, bendera yang memiliki Lafzul Jalalah adalah Bendera Irak yang terdapat tulisan Takbir (Allahu Akbar) serta bendera Iran.

Tahun 2020, Tahun Al-Sadu

‏قال الله تعالى: (وَاللَّهُ جَعَلَ لَكُم مِّن بُيُوتِكُمْ سَكَنًا وَجَعَلَ لَكُم مِّن جُلُودِ الْأَنْعَامِ بُيُوتًا تَسْتَخِفُّونَهَا يَوْمَ ظَعْنِكُمْ وَيَوْمَ إِقَامَتِكُمْ ۙ وَمِنْ أَصْوَافِهَا وَأَوْبَارِهَا وَأَشْعَارِهَا أَثَاثًا وَمَتَاعًا إِلَىٰ حِينٍ)

Allah SWT berfirman: Dan Allah menjadikan rumah-rumah bagimu sebagai tempat tinggal dan Dia menjadikan bagimu rumah-rumah (kemah-kemah) dari kulit hewan ternak yang kamu merasa ringan (membawa)nya pada waktu kamu bepergian dan pada waktu kamu bermukim dan (dijadikan-Nya pula) dari bulu domba, bulu unta, dan bulu kambing, alat-alat rumah tangga dan kesenangan sampai waktu (tertentu). (QS. An-Nahl: 80)

Tradisi Menenun Al-Sadu bagi Perempuan Suku Arab Bedouin di Jazirah Arab sudah ada sejak ribuan tahun. Masyarakat Arab yang tinggal secara nomaden di kemah hidup berdampingan bersama hewan ternak seperti domba, unta dan kambing. Bulu dari hewan-hewan tersebut diambil dan menjadi bahan untuk dijadikan benang kemudian menjadi berbagai produk. Tentu saja proses ini memakan waktu yang lama, Al-Sadu yang memiliki Panjang 14 meter memakan waktu 1 tahun.

Dalam Al-Sadu ini terdapat 8 fase. Pertama al-Jaz, pengumpulan bahan mentah berupa bulu kambing, domba dan unta, dan ini dilakukan oleh laki-laki. Bulu kambing dikumpulkan pada musim semi dan bulu unta dikumpulkan pada musim panas. Kedua al-Faraz, klasifikasi bahan mentah, sesuai kualitas, ukuran dan warna. Ketiga At-Tanzhif, pembersihan dari kotoran dengan cara dicuci. Keempat an-Nafsy, penyisiran dengan sisir kayu bergigi besi. Kelima al-‘Amat, pembuatan bahan menjadi lurus Panjang atau lingkaran. Keenam al-Ghazal, pemintalan menjadi benang. Ketujuh ash-Shibaghah atau at-Talwin, pewarnaan dan dahulu menggunakan tumbuhan yang ada di gurun. Kedelapan Al-Sadu itu sendiri, proses ini merupakan proses utama berupa penenunan, dan dilakukan pada musim panas karena cuaca yang stabil

Produk utama Al-Sadu adalah Bait asy-Sya’r, sebuah kemah yang dapat dipindah-pindah dan menjadi tempat tinggal mereka. Produk lainnya al-Mafrusyat yaitu karpet, al-Qathi’ yaitu pemisah yang digunakan untuk membagi kemah, ar-Ruwaq yaitu ventilasi udara pada kemah, al-‘Udul yaitu tempat menyimpan makanan, al-Mazawid yaitu tempat menyimpan pakaian, as-Sanayif yaitu hiasan untuk punggung kuda dan unta, az-Zawali yaitu karpet tebal, al-‘Iqal yaitu tali untuk kaki unta, as-Sahah yaitu karpet untuk tempat berkumpul, at-Tikayat yaitu bantal untuk sandaran tangan dan al-Malabis yaitu pakaian, Muntajat al-Hifzh yaitu tempat penyimpanan dan al-Bisht yaitu jubah untuk laki-laki.

Pada tahun 2020, Riyadh menjadi tuan rumah KTT G20. Karena masih dalam situasi pandemi covid19, KTT ini diselenggarakan secara virtual. Logo pada KTT ini diambil dari gambar Al-Sadu yang didesain oleh Muhammad Al-Hawwas. Warna-warna yang ada diambil dari warna-warna bendera negata-negara G20. Pada 16 Desember 2020, Al-Sadu terpilih menjadi Warisan Budaya Dunia Tak Benda asal Arab Saudi dan Kuwait oleh UNESCO. Sebagaimana Puisi asal Indonesia dan Malaysia. Lengkaplah tahun 2020 kemarin menjadi tahun Al-Sadu, yang mana ia bukan hanya sebuah tradisi melainkan upaya bertahan hidup dari ekosistem alam sekitar. Semoga Al-Sadu terus terjaga seiring berkembangnya zaman.

Sejarah Kalender Masehi, Hijriyah dan Hijri Syamsi

Kalender Masehi

Pada 750 SM, Kerajaan Romawi mencatat waktu berdirinya kota Roma, pada waktu itu Kalender masih menggunakan Sistem Lunar (Qamariyah) dan hanya terdapat 10 bulan, Pada masa Raja Numa Pompilius, ia menambah 2 bulan, Januari dan Februari, sistem yang digunakan masih Lunar (355 hari), hingga pada tahun 46 SM di masa Julius Caesar, dengan meminta bantuan para Ahli Astronomi Mesir, ia mengganti kalender menjadi sistem Solar (Syamsyiyah/Matahari) serta menambah namanya di salah satu bulan, sehingga Kalender ini dinamakan Kalender Julian. 600 tahun kemudian, para pastur mengusulkan agar kalender ini dimulai dari kelahiran Isa Almasih. Diusulkan oleh Dr. Aloysius Lilius dan disetujui oleh Paus Gregorian XIII, sehingga dinamakan Kalender Gregorian. Karena ketidaksinkronan kalender Julian, maka Gregorian membuat aturan Tahun Kabisat dan Tahun Biasa. Maka kalender ini memiliki hubungan erat dengan kebudayaan Romawi, dimana bulan-bulannya diambil dari nama-nama Dewa-Dewi dan Pembesar mereka

Kalender Hijriah

Diusulkan oleh Umar bin al-Khattab Radhiyallahu ‘Anhu pada tahun ketiga ia menjadi Khalifah, Tahun Pertama dimulai dengan tahun hijrahnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, menggunakan Sistem Lunar (Qamariyah), sistem ini telah digunakan oleh Peradaban Sumeria 6000 tahun yang lalu,
إن عدة الشهور اثنا عشر شهرا في كتاب الله
“Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah” (QS. At-Taubah: 36)

والقمر قدرنه منازل حتى عاد كالعرجون القديم
Dan telah Kami tetapkan tempat peredaran bagi bulan, sehingga (setelah ia sampai ke tempat peredaran yang terakhir) kembalilah ia seperti bentuk tandan yang tua. (QS. Yasin: 39)

هو الذي جعل الشمس ضياء والقمر نورا وقدره منازل لتعلموا عدد السنين والحساب
Dialah yang menjadikan matahari bersinar dan bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu) (QS. Yunus : 5)

Mengapa Hijrah yang diambil? Karena hijrah adalah titik perubahan dari lemah menjadi kuat, dari dakwah menjadi daulah (negara). Sebelum diutusnya Nabi Muhammad SAW, Yahudi dan Arab dikenal sudah bermain-main dengan penanggalan, dimana terkadang memajukan salah satu bulan terhadap bulan lainnya. Darimana penamaan bulan-bulan pada tahun Hijriah, Muharram, Shafar, Rabi’ul Awwal dst? Awalnya setiap bulan itu memiliki sejarah berdasarkan kejadian, misalnya Muharram yang berarti diharamkannya berperang, kemudian Jumada berasal dari kata Jamada yang berarti berkumpul, namun 300 tahun sebelum diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam sudah tetap dan tidak berubah.

Kalender Masehi dan Kalender Hijriyah sama-sama memiliki kekurangan. Kalender Masehi detil dalam penghitungan satu tahun, namun tidak detil dalam penghitungan setiap bulan. Sebaliknya Kalender Hijriyah, detil pada penghitungan setiap bulan namun tidak detil pada penghitungan setiap tahun.

Kalender Hijri Syamsi

Pada zaman Dinasti Seljuk, Raja Jalaluddin Shah meminta kepada salah satu Ahli Astronomi, yang juga Ahli Matematika dan Penyair yang bernama Omar Khayyam untuk membuat kalender yang detil dari sisi tahun dan bulan. Tahun ini menggunakan Sistem Lunisolar/Suryacandra/Matahari-bulan. Tahun pertama Hijri Syamsi diambil pada tahun pertama hijrah Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam. Nama-nama bulan yang ada pada kalender ini diambil dari nama rasi bintang.

وعلمت وبالنجم هم يهتدون
dan (Dia menciptakan) tanda-tanda (penunjuk jalan). Dan dengan bintang-bintang mereka mendapat petunjuk. (QS. An-Nahl: 16)

6 bulan pertama pada Kalender ini, masing-masing memiliki 31 hari, 5 bulan berikutnya masing-masing memiliki 30 hari, adapun satu bulan terakhir terdiri dari 29 hari pada tahun biasa dan 30 hari pada tahun kabisat

Nama-nama bulannya Al-Haml (Aries), Ats-Tsaur (Taurus), Al-Jauza (Gemini), As-Sarathan (Cancer), Al-Asad (Leo), As-Sunbulah (Virgo), Al-Mizan (Libra), Al-‘Aqrab (Scorpio), Al-Qaus (Sagitarius), Al-Jadi (Capricorn), Ad-Dalwu (Aquarius), Al-Hut (Pisces)

Matahari dan Bulan keduanya makhluk Allah SWT, maka ibadah salat berhubungan dengan pergerakan Matahari, dan ibadah puasa dan haji berhubungan dengan pergerakan bulan.

Referensi:
Dr. Salamah Al-Baluwi https://youtu.be/cfvjHEV58cY

Omar Dzaiban https://youtu.be/RAfmXbY-ONA

Pasar-pasar pada Masa Arab Jahiliyah

Quraisy membuat tradisi baru, perjalanan dagang musim panas dan musim dingin, kenapa dinamakan Quraisy, Quraisy berarti Qirsyan atau jam’ul mal, atau mengumpulkan harta, karena ia merupakan seorang pedagang yang ulung

Allah SWT berfirman:

وَقَالُوۤاْ إِن نَّتَّبِعِ ٱلْهُدَىٰ مَعَكَ نُتَخَطَّفْ مِنْ أَرْضِنَآ أَوَلَمْ نُمَكِّن لَّهُمْ حَرَماً آمِناً يُجْبَىٰ إِلَيْهِ ثَمَرَاتُ كُلِّ شَيْءٍ رِّزْقاً مِّن لَّدُنَّا وَلَـٰكِنَّ أَكْثَرَهُمْ لاَ يَعْلَمُونَ

Dan mereka berkata: “Jika kami mengikuti petunjuk bersama kamu, niscaya kami akan diusir dari negeri kami”. Dan apakah Kami tidak meneguhkan kedudukan mereka dalam daerah haram (tanah suci) yang aman, yang didatangkan ke tempat itu buah-buahan dari segala macam (tumbuh-tumbuhan) untuk menjadi rezeki (bagimu) dari sisi Kami?. Tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui (QS: Al-Qasas: 57)

Allah SWT berfirman:

أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّا جَعَلْنَا حَرَمًا آمِنًا وَيُتَخَطَّفُ النَّاسُ مِنْ حَوْلِهِمْ ۚ أَفَبِالْبَاطِلِ يُؤْمِنُونَ وَبِنِعْمَةِ اللَّهِ يَكْفُرُونَ

Dan apakah mereka tidak memperhatikan, bahwa sesungguhnya Kami telah menjadikan (negeri mereka) tanah suci yang aman, sedang manusia sekitarnya rampok-merampok. Maka mengapa (sesudah nyata kebenaran) mereka masih percaya kepada yang bathil dan ingkar kepada nikmat Allah? (QS Al-Ankabut: 67)

Keamanan merupakan syarat dari perdagangan di dalam al-Quran
pasar-pasar pada zaman Jahiliyyah, masa-masa dibukanya pada waktu-waktu tertentu
pada masa jahliyah, tidak melakukan perdagangan (jual beli) ketika berada di Arafah dan Mina, kemudian turunlah ayat

لَيْسَ عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ أَن تَبْتَغُوا فَضْلًا مِّن رَّبِّكُمْ ۚ فَإِذَا أَفَضْتُم مِّنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِندَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ ۖ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِن كُنتُم مِّن قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ

Tidak ada dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu. Maka apabila kamu telah bertolak dari ‘Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy’arilharam. Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana yang ditunjukkan-Nya kepadamu; dan sesungguhnya kamu sebelum itu benar-benar termasuk orang-orang yang sesat. (QS Al-Baqarah: 198)

Fungsi Pasar-pasar pada masa Jahiliyah sebagai tempat para penyair membaca syair-syairnya, majikan memerdekakan hamba sahayanya, orang-orang yang meminta perlindungan, orang yang berselisih mencari keadilan, orang-orang yang mencari informasi, Pertemuan para pembesar kabilah, orang-orang memamerkan atau membangga-banggakan kabilahnya

Islam tidak melarang pasar-pasar tersebut, Nabi Muhammad SAW pernah datang ke sebagian pasar tersebut untuk berdakwah, Pasar-pasar ini terus ada sebagiannya hingga Daulah Bani Abbasiyah

Berapa Jumlah pasar tersebut? Para Sejarawan berbeda pendapat mengenai jumlahnya. Menurut al-Qalqasyandi ada 8 pasar, menurut al-Ya’qubi ada 10 pasar, menurut at-Tauhidi ada 11 pasar, menurut al-Marzuqi ada 17 pasar, menurut al-Alusi ada 14 pasar dan menurut Muhammad Habib ada 12 pasar

Berikut ini diantara pasar-pasar tersebut:

1. Pasar Dumatul Jandal, terletak di al-Jauf, antara Jazirah Arab dengan Syam, dibuka setiap 1-15 Rabiul Awwal, para pengunjung berasal dari Arab, Irak dan Syam

2. Pasar Hijr, terletak di Bahrain (Al-Ahsa, Arab Saudi saat ini), dibuka setiap Rabi’uts Tsani, para pengunjung berasal dari Arab dan wilayah sekitarnya

3. Pasar al-Musyaqqir, terletak di Bahrain (Al-Ahsa, Arab Saudi saat ini), dibuka setiap Jumada al-Ula, para pengunjung berasal dari Arab dan wilayah sekitarnya khususnya Persia

4. Pasar Oman, terletak di pantai laut Yaman (Negara Oman saat ini), dibuka setiap bulan Jumada ats-Tsaniyah dan 15-30 Ramadan, para pengunjung berasal dari Arab khususnya suku Azd dan bangsa lainnya

5. Pasar Hubasyah, terletak di Tihamah, antara Hijaz dengan Yaman, dibuka setiap 1-8 Rajab, para pengunjung berasal dari berbagai bangsa, merupakan salah satu pasar yang pernah disinggahi oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam ketika dalam perjalanan dagang dengan Khadijah binti Khuwailid sebelum menikah, pasar ini juga masuk ke dalam jalur perdagangan musim dingin (rihlah syita)

6. Pasar Sohar, terletak di pantai Oman, dibuka setiap bulan Rajab, para pengunjung berasal dari berbagai bangsa

7. Pasar Dubai, terletak di Teluk Arab, dibuka setiap Rajab sampai 10 Sya’ban, para pengunjung berasal dari India, Sind, Tiongkok dan Arab

8. Pasar asy-Syihr, terletak di pantai selatan antara Aden dengan Oman, dibuka setiap 15 Sya’ban, para pengunjung hanya para pedagang

9. Pasar Aden, terletak di selatan Selat Bab el-Mandeb, dibuka setiap 1-10 Ramadan, para pengunjung merupakan pedagang dari Arab, Habasyah (Ethiopia) dan Persia

10. Pasar Hadhramaut, terletak diantara Oman dan Yaman, dibuka setiap 15-30 Dzulqa’dah, para pengunjung berasal dari berbagai bangsa

11. Pasar Okaz, terletak di dekat kota Taif, Hijaz, dibuka setiap 1-20/15-30 Dzulqa’dah, merupakan pasar Jahiliyah yang paling terkenal, merupakan pusat perdagangan, sosial, sastra yang mempengaruhi bahasa Arab dalam penyatuan dialek mereka, para pengunjung berasal dari seluruh Jazirah Arab

12. Pasar Majinnah, terletak di dekat kota Makkah, dibuka setiap 20-30 Dzulqa’dah, merupakan pusat sosial dan sastra, lebih kecil dari pasar Okaz, para pengunjung berasal dari pengunjung pasar Okaz serta orang-orang yang akan berihram untuk haji

13. Pasar Dzilmajaz, Terletak di dekat kota Makkah, dibuka setiap 1-8 Dzulhijjah, para pengunjung merupakan para pedagang serta jamaah haji, setelah dari Dzilmajaz para pengunjung bergerak menuju ke Mina (hari Tarwiyah) untuk menunaikan ibadah haji

14. Pasar Khaibar, Terletak di utara Madinah, dibuka setelah musim haji, para pengunjung berasal dari Arab dan Yahudi

15. Pasar Hijr al-Yamamah, terletak di barat al-Bahrain (al-Ahsa, Arab Saudi saat ini) dan selatan Irak, (lebih tepatnya di Riyadh, Arab Saudi saat ini), dibuka setiap 10-30 Muharram, merupakan pusat perdagangan, sosial dan sastra, para pengunjung berasal dari Arab

16. Pasar Bushra, terletak di Hauran, Syam, dibuka setelah musim haji, antara Muharram dan Rabi’ul Awwal selama 30-40 hari, pusat perdagangan barang-barang yang berasal dari berbagai negeri antara lain India dan Habasyah (Ethiopia), juga dikenal dengan pedang dan khamr, para pengunjung berasal dari pedagang Arab

17. Pasar Dar’a, terletak di Hauran, Syam, dibuka setelah Pasar Bushra, pusat perdagangan perhiasan, dan tujuan pada musim panas, dikenal dengan khamrnya, para pengunjung berasal dari pedagang Arab

18. Pasar al-Hirah, terletak di utara Kufah, Irak, pusat perdagangan dan hiburan, terkenal dengan minyak wangi, perhiasan, kuda, barang-barang dagangan dari pasar-pasar Arab dan pasar-pasar negeri lainnya, para pengunjung berasal dari Arab dan Persia

19. Pasar al-Mirbad, terletak di Basrah, Irak, merupakan pasar tetap, pusat perdagangan dan sastra, ada hingga zaman Bani Abbasiyah, para pengunjung berasal dari pedagang, sastrawan dan cendikiawan Arab

Referensi:

https://alkhaleejonline.net/%D8%AB%D9%82%D8%A7%D9%81%D8%A9-%D9%88%D9%81%D9%86/%D8%A3%D8%B3%D9%88%D8%A7%D9%82-%D8%A7%D9%84%D8%AC%D8%B2%D9%8A%D8%B1%D8%A9-%D9%88%D8%A7%D9%84%D8%AE%D9%84%D9%8A%D8%AC-%D8%A7%D9%84%D9%82%D8%AF%D9%8A%D9%85%D8%A9-%D8%AA%D8%AC%D8%A7%D8%B1%D8%A9-%D9%88%D8%AB%D9%82%D8%A7%D9%81%D8%A9-%D9%88%D8%A8%D9%84%D8%A7%D8%BA%D8%A9

Piramida Meidum, Piramida Tipuan

Piramida Meidum dibangun oleh Raja Sneferu, Pendiri Dinasti Keempat Mesir Kuno pada tahun 2620 SM, dengan ketinggian 93,5 m, Piramida ini tercatat sebagai bangunan tertinggi di dunia pada masanya selama 5 tahun, juga sebagai Piramida terbesar kelima pada zaman itu. Piramida yang terletak 100 km selatan Kairo ini, disebut juga el-Heram el-Kaddaab / Pseudo Pyramid / Piramida tipuan, karena tidak berfungsi menjadi kuburan bagi Raja Sneferu. Taqiyuddin al-Maqrizi pada Abad ke-12 M mencatat Piramida Meidum terdiri dari 5 mastaba (tingkatan), yang mana tentu saja beda dengan saat ini, seiring berjalannya waktu, Piramida Meidum hanya terdiri dari 3 mastaba dan memiliki tinggi 70 meter. Kami mengunjungi Piramida ini setelah kami dalam perjalanan dari Nahda University in Beni Suef menuju ke Kairo, waktu itu jam berkunjung hampir habis, kami sampai di Piramida 15 menit sebelum tutup, yaitu Pukul 15.00. Piramida dijaga ketat oleh Pihak Keamanan baik polisi maupun tentara Mesir akhirnya kami diizinkan untuk mengambil foto di depan Piramida ini (Foto pada Maret 2019) #pyramid #meidum #snefru #pseudopyramid #egypt

Physical Distancing ala Sayyidina ‘Amr bin al-‘Ash

Diriwayatkan oleh Imam Ahmad bin Hanbal (241 H) dalam Musnadnya, dari Syahr bin Hausyab (112 H) dari ayah tirinya yang menyaksikan wabah tha’un di Amwas, Penguasa Syam pada waktu itu adalah Sayyidina Abu ‘Ubaidah bin al-Jarrah Radhiyallahu ‘Anhu. Sayyidina Abu ‘Ubaidah wafat kerena tha’un, digantikan oleh Sayyidina Mu’adz bin Jabal Radhiyallahu ‘Anhu. Sayyidina Mu’adz pun juga wafat karena tha’un

Sayyidina Mu’adz digantikan oleh Sayyidina ‘Amr bin al-‘Ash, ‘Amr berkata: “Wahai manusia, sesungguhnya penyakit ini apabila menimpa maka ia akan bekerja bagaikan bara api maka bentengilah dari penyakit ini dengan berlari ke gunung-gunung.” Maka orang-orangpun meninggalkan kota menuju ke gunung-gunung menetap disana hingga wabah berakhir. Karena pada waktu itu, semua masyarakat kebanyakan tinggal di kota, maka ‘Amr bin al-‘Ash meminta kepada masyarakat untuk menjaga jarak (physical distancing) satu sama lain dan menetap agar wabah ini tidak tersebar

Bukan berarti pergi dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Di waktu ini pula, Sayyidina Umar bin al-Khattab Radhiyallahu ‘Anhu yang awalnya ingin berkunjung ke Syam, tidak jadi dan kembali ke Madinah

Menjalankan hadits nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “Tha’un (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari daripadanya.” (HR Bukhari dan Muslim dari Usamah bin Zaid)

Semoga Allah angkat segala bencana dan wabah, senantiasa diberikan rasa aman serta dalam keadaan iman (Dzikrayat di depan Masjid ‘Amr bin al-‘Ash, Cairo, Maret 2019)

Museum Peninggalan Bersejarah dan Warisan Budaya Makkah

Istana Zahir, dibangun di Makkah oleh Raja Abdul Aziz Al Saud pada tahun 1944, sebagai salah satu tempat utama raja untuk menerima kepala delegasi haji dari berbagai negara. Istana terdiri dari 2 lantai, yang digunakan untuk berbagai kegiatan, luas tanah 2700 m2, terdiri dari luas bangunan 2200 m2, dan taman 500 m2 yang mengelilingi bangunan. Terdapat air mancur sebagai hiasan istana.

Istana dibangun dengan batu yang diukir dengan gaya arsitektur Islam, baik pada dalam bangunan seperti kamar, ruang pertemuan dan ruang utama, maupun pada luar bangunan. Adapun atap berbahan semen agar menjaga bangunan tetap kuat. Sebagian tembok dan tiang terlihat telah termakan oleh waktu, namun masih terlihat elegan dan indah. Istana ini digunakan kembali setelah keluar keputusan Kantor Peninggalan Bersejarah dan Museum, dan menjadikannya sebagai museum setelah renovasi bangunan dari bagian-bagian yang telah rusak.

Museum ini merupakan salah satu museum penting di Arab Saudi, dikarenakan menyimpan peninggalan bersejarah dari berbagai masa. Museum terbagi menjadi beberapa ruang, ruang utama Arab Saudi, ruang Hijaz, ruang Makkah, ruang istana-istana Islam di Arab Saudi, ruang barang-barang bersejarah, ruang pengembangan seni khat Arab, ruang pengembangan penulisan huruf Arab, dan ruang seni rupa.

Otoritas Umum Pariwisata dan Peninggalan Bersejarah Arab Saudi menjadikan museum ini sebagai museum yang dikhususkan dalam bidang sejarah Makkah, serta masuk ke dalam daftar proyek museum sejarah Islam, yang terdiri dari Museum Sejarah Islam di Istana Khuzam, Jeddah, Museum Sejarah Arab Saudi di Istana Raja Faisal, Makkah, Museum Sejarah Pertempuran-pertempuran Islam, yang akan dibangun di Badr dan Museum Peninggalan Bersejarah dan Warisan Makkah